Flash News

Sumber Informasi Tanpa Basa Basi

Mail Instagram Pinterest RSS
Main Menu

PUASA : KURIKULUM LAMA MENUJU TAQWA

Rindu datangnya Ramadhan selalu hadir di tiap sanubari masyarakat muslim. Ada yang begitu antusias bergembira secara natural dan keikhlasan dalam menyambut datangnya bulan penuh berkah ini. Dan adapula yang ikut tren : tiba-tiba saja mendadak religius dan  Islami sekali menjelang dan saat bulan Ramadhan.

Memang fenomena Ramadhanisasi  begitu marak. Mushola dan masjid-masjid yang biasanya “kosong melompong” segera berlomba membuat jadwal kultum dan takjil. Da'i dan penceramah populer segera saja kebanjiran job dan pesanan. Artis-artis mendadak berbenah diri, bergaya Islami dan ramai-ramai memamerkan religiusitas mereka di hadapan kamera. Sama ketika menyambut datangnya momentum hari besar lain. Jadi untuk kalangan industri hiburan, jangan heran. Mereka itu pandai menangkap peluang menjadi momentum jitu mencari uang. Memang itu pekerjaan mereka. Hal yang sama dalam memanfaatkan berkah Ramadhan ini juga dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pedagang mercon (petasan), kembang api, busana muslim, dan pedagang aksesori ramadhan lainya. Tidak kalah menarik adalah berbagai media termasuk cybernews yang memoles tampilan mereka menjadi lebih religius dan bernuansa ramadhan. Kolom pencerahan dan ruhani juga hadir sebagai program andalan.

Kembali ke soal Ramadhan dan ibadah puasa. Bertolak dari firman Allah SWT tentang kewajiban berpuasa : “Wahai orang-orang yang beriman, sungguh telah diwajibkan atas kalian untuk melaksanakan puasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa” (Q.S Al Baqarah : 183)

Jadi, puasa adalah “kurikulum lama”, karena perintah berpuasa juga telah disyariatkan atas orang-orang, bangsa-bangsa, dan peradaban sebelum Islam. Jelas indikator yang harus dicapai setelah melaksanakan puasa adalah derajat ketaqwaan. Puasa menuju taqwa.

Muara dari segala ibadah kepada Allah adalah taqwa. Bukan sekedar fenomena ibadah musiman yang jika sudah selesai bubar jalan. Bukan puasa yang sekedar tradisi simbolis, namun puasa sebagai penyegaran ruhani dan jalan menuju taqorub illalloh (mendekatkan diri kepada Allah)

Sederhana saja, jika anda ikhlas dan tanpa berat hati melaksanakan puasa, semoga saja itu jalan menuju taqwa. Namun jika anda merasa berat dan melaksanakan puasa hanya karena malu dengan rekan, keluarga dan komunitas, ini gejala berbahaya. Kemudian, jika ibadah anda naik secara signifikan di bulan Ramadhan ini, baik kualitas (ahsanu ngamalan) maupun kuantitas (aktstaru ngamalan) maka semoga itu adalah indikator ketaqwaan. Namun bila anda lebih suka menghabiskan waktu puasa di balik selimut, jalan-jalan di pasar, atau main game seharian, ini gelagat kurang baik.

Mari menyongsong dan menjalani bulan puasa dengan gembira, jiwa yang bersih, dan tekad yang kuat untuk mengharap pahala-Nya. Karena hadits yang masyhur (terkenal) telah memberi kabar gembira : “barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan dengan mengharap pahala dan ketaqwaan, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau” (H.R Muslim)
Wallahu a’lam bi shawab


Author : Adi Ismavean