Flash News

Sumber Informasi Tanpa Basa Basi

Mail Instagram Pinterest RSS
Main Menu

RAMADHAN : PILPRES DAN TANTANGAN INFLASI

Di tahun politik ini, sejatinya masyarakat Indonesia dalam kebimbangan. Antara asa dan ketidakpastian, antara harapan dan janji palsu elit partai  yang turut pentas dalam panggung dagelan Pemilu 2014. Ya, kebimbangan, skeptis, bahkan apatisme  ketidakpedulian sama sekali.

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden yang akan digelar pada 9 Juli mendatang tentu saja menguras energi, pemikiran, finansial  dan pengorbanan non materil yang tidak sedikit. Indonesia juga dalam bayang-bayang dis-stabilitas keamanan dan politik pra dan pasca Pilpres digelar. Entah berapa triliun  semua pengorbanan itu-baik imateril maupun finansial-  jika dikonversi menjadi angka-angka rupiah. Sementara masyarakat kelas bawah (yang merupakan mayoritas) sudah jemu, jenuh dan bosan dengan aneka pemilihan langsung yang tidak memberikan efek signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup.

Di sisi lain, momentum Pilpres bertepatan dengan datangnya bulan suci Ramadhan 1435 Hijriyah. Lonjakan harga kebutuhan pokok (sembako), sayuran, dan komoditas industri tidak bisa dianggap remeh. Bayang-bayang inflasi yang cukup tinggi mengharuskan semua terdampak ekonomi untuk bersiap-siap. Karena ramadhan selalu menyajikan data fantastis, mulai dari tingginya daya beli atau permintaan  (demand), beredarnya  uang tunai yang melonjak secara signifikan, dan korporasi yang memanfaatkan momentum “madu ramadhan” dengan sebaik-baiknya. Ramadhan menghadirkan budaya konsumtif dan “jor-joran” yang sangat menguntungkan industri.

Belum lagi soal mobilitas fisik secara massif  dalam tradisi mudik lebaran di Indonesia. Infrastruktur jalan, kondisi angkutan, hingga potensi kecelakaan transportasi masih saja menjadi pekerjaan rumah yang seolah enggan terselesaikan. Juli 2014 adalah masa “Ujian Nasional” bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ancaman kerusuhan Pilpres,  inflasi  kebutuhan pokok serta problematika seputar Ramadhan harus dihadapi dengan optimis dan bijak oleh seluruh kalangan. Apalagi, wacana redominasi atau penyederhanaan mata uang juga akan diberlakukan dalam waktu dekat diprediksi akan menambah karut-marut kondisi ekonomi dan sosial.

Dan yang perlu kita lakukan adalah tetap menjaga harmoni ketentraman  pra dan pasca Pilpres. Saling menghormati pilihan dan bersikap proporsional dalam mendukung Capres pilihan kita. Kemudian kurangi gaya hidup konsumtif dan “jor-joran” dalam menyambut datangnya bulan ramadhan. Pesan moral yang dibawa oleh ramadhan adalah kebersamaan dan kedekatan terhadap  sesama serta peningkatan kualitas ibadah. Bukan memborong dan menyulap jalanan menjadi pasar atau membuat penuh sesak pusat perbelanjaan. Marhaban ya Syahra Ramadhan bagi umat muslim yang menyambutnya.