Kadang kala, saya
dibuat terkagum dengan perilaku sekawanan burung. Perhatikan, bagaimana kasih
sayang induk terhadap anak-anaknya. Saat pagi datang, sang induk terbang
mengepakan sayapnya mengarungi cakrawala, mata sang burung menyapu setiap apa
yang ada di depanya, tentu saja mencari makanan untuk dirinya sendiri dan
anak-anaknya. Ia pun kembali datang ke
sarang-nya saat matahari belum sepenggalah, menyuapi anak-anaknya dengan penuh
kasih.
Lho, bagaimana saya tidak
heran dan bingung. Saat ini manusia yang katanya makhluk paling cerdas dan
paling etis saja, banyak kasus orang tua menelantarkan anaknya? ayah
meninggalkan istri dan keluarganya. Di berita kriminal, ada ibu tega membunuh sang anak, bapak tega mencelakai anaknya. Atau yang lebih ironis, banyak kasus orang tua mengeksploitasi anak-anak di bawah umur untuk bekerja bahkan dijadikan
pengemis?
Nah, pernahkah anda
melihat burung mengemis? tentu saja tidak pernah, kecuali dalam khayalan.
Tidak ada burung yang malas-malasan, apalagi mengemis. Keculai burung di dalam
sangkar. Itu beda kasus.
Mari, kita merenung sejenak.
Di saat ini, ketika alam sudah mulai enggan bersahabat, iklim tidak menentu,
hujan-panas tidak karuan, kerusakan lingkungan karena rakusnya manusia kian
merambah pada kerusakan ekosistem dan ruang hidup terasa semakin sempit,
makhluk mana yang paling dirugikan? Tentu saja salah satunya adalah burung.
Ambil sample, dukuh
Sigong Desa Tempuran Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah.
Dukuh yang dikelilingi hutan, lembah dan ngarai ini tak lagi se-eksotis dulu.
Secara kasat mata saja, jumlah burung semakin langka, baik karena seleksi alam,
dijaring, diplinteng (ketapel) ditembak, dibunuh, atau ditangkap lalu
dipelihara sebagai burung kicauan. Namun yang paling dominan adalah seleksi
alam, kerusakan lingkungan dan pengaruh iklim yang tidak menentu.
So, mari kita ambil
inspirasi dari kehidupan sekawanan burung. Mereka yang tidak pernah malas..,
mereka yang mengasihi anak-anaknya dengan perjuangan yang tulus. Burung yang
setiap pagi selalu menyambut hari-hari dengan kicau kebahagiaan.
Burung adalah makhluk
yang tidak tamak dan rakus. Mengambil dari alam secukupnya, tidak pernah atau
jarang-jarang kawanan burung menyimpan persediaan makanan untuk tabungan esok
hari. Memang burung tidak diberi akal apalagi budi pekerti. Namun
setidak-tidaknya, ada gambaran optimis, bahwa burung yang tidak memiliki
ketrampilan hidup (life skill), tidak punya pemerintahan, apalagi kantor,
sekolah dan lapangan kerja. Namun burung tetap survive dan eksis? Lalu, mengapa masih banyak manusia yang terkungkung dalam kebodohan peradaban dengan
perilaku malas-malasan, gitar-gitaran di pinggir jalan, ongkang-ongkang kaki,
bahkan yang masih sehat justru meminta belas kasihan orang lain. Ingat mas bro,
burung tidak pernah mengemis !
Salam inspirasi...
Author : Adi Ismavean









