Flash News

Sumber Informasi Tanpa Basa Basi

Mail Instagram Pinterest RSS
Main Menu

Belajar dari Perilaku Sekawanan Burung

Kadang kala, saya dibuat terkagum dengan perilaku sekawanan burung. Perhatikan, bagaimana kasih sayang induk terhadap anak-anaknya. Saat pagi datang, sang induk terbang mengepakan sayapnya mengarungi cakrawala, mata sang burung menyapu setiap apa yang ada di depanya, tentu saja mencari makanan untuk dirinya sendiri dan anak-anaknya. Ia pun kembali datang  ke sarang-nya saat matahari belum sepenggalah, menyuapi anak-anaknya dengan penuh kasih.


Lho, bagaimana saya tidak heran dan bingung. Saat ini manusia yang katanya makhluk paling cerdas dan paling etis saja, banyak kasus orang tua menelantarkan anaknya? ayah meninggalkan istri dan  keluarganya. Di berita kriminal, ada ibu tega membunuh sang anak, bapak tega mencelakai anaknya. Atau yang lebih ironis, banyak kasus orang tua mengeksploitasi anak-anak di bawah umur untuk bekerja bahkan dijadikan pengemis?


Nah, pernahkah anda melihat burung mengemis? tentu saja tidak pernah, kecuali dalam khayalan. Tidak ada burung yang malas-malasan, apalagi mengemis. Keculai burung di dalam sangkar. Itu beda kasus.


Mari, kita merenung sejenak. Di saat ini, ketika alam sudah mulai enggan bersahabat, iklim tidak menentu, hujan-panas tidak karuan, kerusakan lingkungan karena rakusnya manusia kian merambah pada kerusakan ekosistem dan ruang hidup terasa semakin sempit, makhluk mana yang paling dirugikan? Tentu saja salah satunya adalah burung.
Ambil sample, dukuh Sigong Desa Tempuran Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Dukuh yang dikelilingi hutan, lembah dan ngarai ini tak lagi se-eksotis dulu. Secara kasat mata saja, jumlah burung semakin langka, baik karena seleksi alam, dijaring, diplinteng (ketapel) ditembak, dibunuh, atau ditangkap lalu dipelihara sebagai burung kicauan. Namun yang paling dominan adalah seleksi alam, kerusakan lingkungan dan pengaruh iklim yang tidak menentu.


So, mari kita ambil inspirasi dari kehidupan sekawanan burung. Mereka yang tidak pernah malas.., mereka yang mengasihi anak-anaknya dengan perjuangan yang tulus. Burung yang setiap pagi selalu menyambut hari-hari dengan kicau kebahagiaan.
Burung adalah makhluk yang tidak tamak dan rakus. Mengambil dari alam secukupnya, tidak pernah atau jarang-jarang kawanan burung menyimpan persediaan makanan untuk tabungan esok hari. Memang burung tidak diberi akal apalagi budi pekerti. Namun setidak-tidaknya, ada gambaran optimis, bahwa burung yang tidak memiliki ketrampilan hidup (life skill), tidak punya pemerintahan, apalagi kantor, sekolah dan lapangan kerja. Namun burung tetap survive dan eksis? Lalu, mengapa masih banyak manusia yang terkungkung dalam kebodohan peradaban dengan perilaku malas-malasan, gitar-gitaran di pinggir jalan, ongkang-ongkang kaki, bahkan yang masih sehat justru meminta belas kasihan orang lain. Ingat mas bro, burung tidak pernah mengemis !


Salam inspirasi...

Author : Adi Ismavean