Beban kehidupan tiap
hari terasa semakin berat. Pundak semakin lelah, kaki semakin letih melangkah.
Perjalanan hidup dalam ketidakpastian di tengah sistem yang tidak menentu. Kita dalam kebingungan.
Jika melihat kekerasan
di layar televisi adalah biasa. Jika tawuran dan kenakalan remaja adalah biasa.
Kejahatan, kedzaliman, keserakahan, perebutan kekuasaan, dan luapan angkara membanjiri pergaulan. Dari tingkat desa,
kelurahan, kota hingga lintas negara. Dan sekali lagi ini dianggap biasa. Maka
itu adalah sebuah kebingungan.
Jika kelaparan di
lumbung padi, kemiskinan di negeri loh jinawi,
kekeringan di dekat sungai, lembah dan ngarai, kekafiran di tengah keimanan, maka ini adalah
kebingungan yang luar biasa.
Kita seperti
kehilangan arah. Mau kemanakah? Mengikuti arus zaman yang berlari ?
Mempasrahkan diri terseret derasnya gelombang kebingungan hingga terdampar di
pulau ketidakpastian? Atau mengumpulkan sisa-sisa tenaga, kemudian mantapkan
hati mencari petunjuk dari arah matahari, bintang dan rembulan?
Ada baiknya, kita
merenung sejenak. Di manakah titik poros
kebingungan ini?
Korupsi adalah pasti.
Birokrasi selalu berbasa-basi meski pura-pura berbersih diri. Pemimpin-pemimpin
di panggung kenegaraan ikut berpura-pura,
bermanis muka, obral orasi dan janji yang membuat titik jenuh ini terjun
bebas dalam jurang ketidak percayaan. Masih adakah harapan di tengah redupnya
kehidupan santun, setia kawan, gotong
royong dan kebhinekaan di tanah ini ?
Manusia harus berbaik
sangka pada pencipta. Optimis dan yakin akan
akhir yang baik, harus merasuk di hati sanubari. Meski dalam kebingungan
dan banyak deretan pertanyaan yang belum terjawab, mari berusaha
apa yang bisa diusahakan. Melakukan apa yang bisa dilakukan.
Mempercayakan apa yang bisa dipercayakan. Karena menikmati kebingungan ini
menjadi abadi adalah kesalahan fatal yang dapat menggumpal, membeku, dan
mengkristal menjadi penyesalan berkepanjangan.
Lantas, kepada siapakah kita adukan segala kesah
dan kebimbangan ini? Apakah kepada penegak hukum, polisi, jaksa, dan hakim?
Sementara di negeri tercinta ini, amplop-amplop mengatur begitu rapi dan
kesaktianya mengalahkan kejujuran dan keadilan?
In God We Trust. Kepada Tuhan saja kita sandarkan
segala kepercayaan.
Salam Inspiratif.
Author : Adi Ismavean









