Ramadhan akan segera
berlalu. Ibadah sebagai pengabdian dan upaya pendekatan (taqorub) kepada
sang Maha Kuasa menuju fase peningkatan di bulan Syawal. Setelah proses
pembersihan hati, pembersihan jiwa, pembersihan harta, dan pembersihan fikir
selama satu bulan, kita akan kembali kepada fitrah atau kesucian. Inilah makna
hakiki dari tazkiyatun nafs di bulan ramadhan.
Idul Fitri seyogyanya
hati kita sebening kaca, pemikiran kita seputih kertas, tanpa prasangka dan
hapus segala kebencian. Apalagi, di bulan ramadhan tahun ini kita melaksanakan
hajatan demokrasi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
Setelah suhu politik
menghangat, perdebatan dan kegaduhan menjelma menjadi permusuhan karena
perbedaan pilihan politik, mari kita rekonsiliasi. Semua adalah saudara. Idul
Fitri harus menjadi momentum untuk mempersatukan bangsa pasca hiruk pikuk
pelaksanaan Pilpres.
Pun dengan tetangga
dekat, rekan sejawat, apalagi dengan keluarga tercinta. Meskipun dalam
perjalanan kehidupan pasti ada perselisihan, beda pemahaman dan gesekan sikap,
namun kesemuanya itu bukan alasan untuk memendam kebencian dan menyuburkan
permusuhan.
Di Indonesia, ada
tradisi unik saat momentum Idul Fitri, yaitu halal bi halal. Tentang
uraian halal bi halal, dapat anda simak di sini.
Dan tak terkecuali
kami, jajaran redaktur Substansi.com, tim editorial dan segenap kru,
menyampaikan permohonan maaf kepada segenap pembaca dan terima kasih atas
kesediaanya menyimak sajian dari kami, semoga tetap setia.
Semoga Allah menerima
amalku dan amal kamu, selamat hari raya Idul Fitri 1435 H. Mohon maaf lahir dan
batin.
Author : Adi Ismawan









