Ramadan
adalah momentum untuk bersih-bersih. Dalam terminologi ilmu agama dikenal
dengan istilah “tazkiyat, tazkiyatun” kata dasar “zakka, yuzaky, tazkiyan” yang
memiliki makna “bersuci atau bersih-bersih”. Ada empat pilar “bersih-bersih” di
bulan Ramadan dan akan mengantarkan pengamalnya menuju tingkatan taqwa.
Pertama
adalah tazkiyatun nafs, bersih-bersih hati dan jiwa. Dengan menjalankan
ibadah puasa di bulan ramadan, umat muslim bukan hanya dituntut untuk menahan
diri dari haus dan lapar. Lebih dari itu, puasa mengajarkan kita untuk
membersihkan hati dari sikap dengki, iri, hasud, dendam, pemarah, ghibah,
fitnah dan mendzalimi orang lain. Dengan
puasa, satu langkah kita untuk membersihkan jiwa (tazkiyatun nafs).
Kedua,
tazkiyatul mal atau membersihkan harta. Di bulan puasa kita harus
termotivasi untuk lebih banyak memberi dan bersedekah. Dimulai dari keluarga,
kerabat, anak yatim dan mereka yang kurang mampu. Keindahan berbagi di bulan
suci selain membersihkan harta juga memper-erat tali kasih sayang (silaturahim).
Apalagi, di akhir bulan puasa atau
menjelang Idul Fitri setiap individu muslim diwajibkan untuk membayar zakat fitrah. Inilah momentum untuk
membersihkan harta dan menambah keberkahan sebagian rezeki kita.
Ketiga
adalah tazkiyatul fikri atau membersihkan fikiran. Ini menjadi penting
setelah hampir saban hari fikiran kita ternoda oleh urusan duniawi dan jauh
dari pemahaman agama yang murni dan kaffah. Puasa adalah momentum yang pas
untuk menjernihkan fikiran yang keruh, menghapus think negative dan
aneka prasangka. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak mengikuti kajian ilmu di
masjid atau mushola, pesantren kilat dan berkumpul dengan ulama.
Terakhir, tazkiyatun ngamal atau membersihkan
sikap dan perbuatan. Setelah sekian lama sering kali kita melakukan tindakan
yang kurang terpuji, mari berbersih sikap di
bulan Ramadan. Semoga upaya bersih-bersih atau tazkiyat dapat
mengantarkan kita menjadi manusia yang berkualitas menurut penilaian Allah SWT.
Author
: Adi Ismavean









